Pada tahun 1926 Gunung Batur dengan hebatnya, sehingga pura ulun danu batur bersama masyarakat desa batur pindah ke desa baru yang juga dinamakan desa batur kalanganyar, saat ini sebenarnya ada dua pura ulun danu batur satu di batur kalanganyar dan satunya lagi di songan.
Pura Ulun Danu Batur namanya tidak di sebutkan secara langsung di dalam beberapa sumber yang di sebutkan adalah Gunung Batur, hal tersebut di sebabkan karena Danau Batur adalah lubang kepundan dari Gunung Batur purba, yang menurut ahli geologi telah meletus pada masa prasejarah beberapa ratus ribu tahun yang lalu.
Berdasarkan lontar Usana Bali tersirat bahwa Pura Ulun Danu Batur atau Pura Gunung Batur yang di sebut "Bhatara Tampur Hyang" di bangun pada abad ke-11 pada masa Mpu Kuturan, berdasarkan tradisi Mpu Kuturan di pandang sama dengan Senapati Kuturan yang menjadi senapati pada masa pemerintahan Anak Wungsu yang menjadi raja sekitar tahun 1049-1077 m.
Pada masa sebelumnya daerah sekitar gunung Batur pada abad ke-9 yaitu di daerah yang sekarang bernama kintamani, berdasarkan prasasti dari tahun 804 saka (882 m) prasasti Sukawana A1, telah berperan dalam sejarah bawha di daerah yang bernama Cintamani terdapat tempat yang di namakan pertapaan Sastra yaitu tempat pertapaan dan tempat sejenis Asram (asrama) tempat tersebut di gunakan oleh para pertapa dan Bhiksu seperti : Siwakangsita, Siwanirmala dan Siwaprajna.
Berdasarkan uraian dari lontar tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa fungsi dari pura Ulun Danu Batur adalah memuja keagungan Tuhan dalam manifestasinya sebagae Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi atau Dewi Ulun Danu, tujuannya adalah untuk memohon anugrah beliau berupa kemakmuran dan ajegnya semesta, khususnya air untuk pertanian dan persubakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar