Salah satu warisan budaya dari pulau kelahiran Untung Suropati ini adalah Pura Tirta Empul Tampak Siring. Pura yang masuk dalam wilayah Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar dimaksud berada tepat di sebelah Istana Presiden di Tampak Siring. nama Tirtha Empul termuat dalam sebuah perasasti yang pada saat ini di simpan di Pura Sakenen desa Manukaya kecamatan Tampak Siring sekitar 3 KM dari Pura Tirta Empul, dalam perasasti ini Tirta Empul di namakan "TIRTHA RI AIR HAMPUL" lama kelamaan menjadi Tirtha Hampul dan akhirnya menjadi "TIRTA EMPUL" tirtha ri air hampul maksudnya adalah patirthan yang airnya mengepul atao kolam suci yang airnya mengepul.
Mata air yang mengepul dari dalam tanah adalah ciptaan TUHAN, mata air tersebut kemudian pada tahun 882 saka (960 M) di tata menjadi /sebagae kolam yang di sucikan oleh raja "INDRAJAYASINGHAWARMADEWA" dengan nama "TIRTHA RI AIR HAMPUL" data tersebut di muat dalam prasasti di pura sakenan seperti tersebut di atas.
Sumber air ini kerap digunakan untuk Upacara Melukat oleh ribuan penduduk Bali dengan makna sebagai perlambang pembersihan manusia dari berbagai hal-hal negatif.
Berdasarkan situs Parisada, pemandian Tirta Empul dibangun pada Sasih Kapal tahun Icaka 884 atau sekitar 962 Masehi pada zaman pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa. Sementara Pura Tirta Empul sendiri dibangun pada zaman Raja Masula Masuli, sesuai dengan yang tertoreh dalam lontar Usana Bali. Menurut prasasti Sading, Raja Masula Masuli berkuasa pada tahun Icaka 1100 atau 1178 Masehi.
Seperti pura lainnya di Bali, Pura Tirta Empul terdiri dari tiga bagian, Jaba Pura (Halaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah), dan Jeroan (Halaman Dalam). Pada Jaba Tengah terdapat dua kolam persegi panjang yang memiliki 30 buah pancuran, berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala, dan Pancuran Cetik (Racun).
Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul terkait erat dengan mitologi pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra. Dikisahkan, Raja Mayadenawa bersikap sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat melaksanakan upacara keagamaan untuk memohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Perbuatannya diketahui para Dewa yang dipimpin oleh Bhatara Indra yang kemudian menyerang Mayadenawa.
Mayadenawa kemudian melarikan diri dan sampai di sebelah utara desa Tampak Siring. Dengan kesaktiannya, ia ciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya prajurit Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini, Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul). Air suci inilah yang kemudian digunakan untuk memerciki para Dewa sehingga tak lama kemudian mereka bisa hidup lagi seperti sedia kala.
Bagi Anda yang ingin merasakan kentalnya tradisi Hindu di Bali, lengkapi perjalanan Anda dengan berkunjung ke Pura Tirta Empul seraya berpartisipasi dalam upacara Melukat. Selain suasananya sejuk dan tenang, dinginnya air pemandian Tirta Empul juga akan menyejukkan penatnya kepala akibat pekerjaan. Jangan lupa untuk berbelanja di kota Gianyar yang juga ternama sebagai salah satu pusat seni di Pulau Dewata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar